Seperti telah dijelaskan sebelumnya Brata-senna menjadi Raja menggantikan ayahnda nya Raja Mandiminyak sebagai Raja Galuh ketiga, namun hal ini membuat Purbasora anak dari Rajaresi di Galunggung yaitu Sempakwaja (Kakak sulung Mandiminyak) tidak terima dan melakukan KUDETA.
Kudeta berjalan dan berhasil menumbangkan Raja Bratasenna, namun Raja Bratasenna berhasil melarikan diri. Purbasora mengang-kat diri sebagai Raja Galuh yang keempat pada tahun 716 M.
Raja Bratasenna melarikan diri menuju ke kerajaan Sunda tempat anaknya yaitu Rah-yang Jambri yang saat itu telah menjadi Menantu dan Calon Raja di Kerajaan Sunda.
Rahyang Jambri adalah menantunya Raja Tarusbawa Raja kerajaan Sunda. Rahyang Jambri tidak terima atas kejadian yang menimpa ayahndanya dan berniat menuntut balas.
Rahyang Jambri akhirnya berhasil menga-lahkan Purbasora setelah peperangan yang cukup lama. Pada tahun 723 Masehi Purbasora dikalahkan.
Setelah itu Rahyang Jambri mendatangi Rajaresi Sempakwaja untuk meminta agar Demunawan saudara Purbasora menjadi Raja Galuh namun hal tersebut ditolak oleh Rajaresi Sempakwaja.
Karena penolakan itu maka Rahyang Jambri akhirnya mengangkat diri sebagai Raja Galuh yang kelima.
Saat Raja Tarusbawa wafat maka Rahyang Jambri juga menjadi Raja Sunda. Beliau sekaligus menjadi Raja Sunda dan Galuh dan beliau di kenal dengan nama Raja SANJAYA.
Kerajaan Galuh dalam perjalanannya dari tahun 670 M sampai 1595 M memiliki 31 Raja.
Raja Galuh yang ke -28 adalah Prabu Maha-raja Linggabhuana (1350-1357 M) beliau yang di kenang dalam PERANG BUBAT.
Sepeninggal Prabu Maharaja Linggabhuana karena anak beliau (Nisakala Wastu Kenca-na) masih kecil maka kepemimpinan Galuh di pegang Mangkubumi Suradhipati (1357-1371 Masehi).
Pada tahun 1371 M Niskala Wastu Kencana naik Tahta menjadi Raja Kerajaan Sunda Galuh yang kemudian digantikan Raja Dewa Niskala dan selanjutnya di gantikan oleh Sri Baduga Maharaja dan menjadi puncak kejayaan.