Kerajaan Salakanegara

Telah di jelaskan sebelumnya bahwa Raja Dewawarman I menjadi Raja Salakanegara dan Permaisurinya adalah Dewi Pohaci Larasati putri dari Aki Tirem Mulya Luhur.

Raja Dewawarman naik Tahta dengan gelar “Prabu Darmaloka pala Dewawarman Aji Raksa Gapura Sagara” atau Raja Penguasa Gerbang Lautan dan Dewi Pohaci Larasati sebagai permaisuri bergelar Dewi Dwani Rahayu.

Kerajaan Salakanagara berdiri hanya selama 232 tahun, tepatnya dari tahun 130 Masehi hingga tahun 362 Masehi. 

Raja Dewawarman I (130-168 M) berkuasa selama 38 tahun dan digantikan anaknya yang menjadi Raja Dewawarman II (168-195) dengan gelar Prabu Digwijayakasa Dewawar-man putra yang berkuasa sampai 195 M.

Kepemimpinan di lanjutkan oleh Dewawar-man III (195-238 M), Dewawarman IV (238 -251), Dewawarman V (251-276), Mahisa Suramardini Warmamdewi (276-289), Dewa-warman VI (289-308), Dewawarman VII (308-340) Dan terakhir Dewawarman VIII (348-362 M).

Pada masa Dewawarman VIII, merupakan puncak kejayaan, kehidupan sangat baik, makmur dan sentosa, umat beragama sangat harmonis.

Selanjutnya Salakanagara telah menjadi kerajaan bawahan Kerajaan Tarumanagara yaitu kerajaan yang didirikan oleh Jaya-singhawarman pada tahun 358 M. 

Raja Jayasinghawarman adalah menantu Raja Dewawarman IX, pusat pemerintahan dipindah dari Rajatapura ke Tarumanegara.

Adapun peninggalan yang terkait dengan kerajaan Salakanegara antara lain : 

Batu Menhir, di wilayah Desa Cikoneng, Pandeglang, Situs di Pulosari, Pandeglang, Situs di Ujung Kulon, Pandeglang, Situs Cihunjuran, Kecamatan Jiput, Pandeglang, Batu Menhir, di Cihunjuran, Kecamatan Jiput, Pandeglang, Batu Menhir, di Kecamatan Mandalawangi lereng utara Gunung Pulosari, Kolam pemandian purba di Cihunjuran, Kecamatan Jiput, Pandeglang, Tiga Batu Menhir, di sebuah mata air di Cihunjuran, Kecamatan Jiput, Pandeglang, Batu Menhir, di Kecamatan Saketi lereng Gunung Pulosari, Kabupaten Pandeglang, Situs Batu Dakon, di Kecamatan Mandalawangi.