Suku Korawai Papua

Suku Korowai adalah suku yang keberadaannya baru saja ditemukan sekitar 35 tahun lalu di pedalaman Papua oleh misionaris Belanda Johanes Veldhuizen. 

Suku ini mendiami wilayah Kaibar, Kabupaten Mappi, Papua. Populasi mereka saat ini mencapai sekitar 3000 orang.

Salah satu keunikan dari suku ini yaitu selain tidak menggunakan koteka suku Korowai hidup dan tinggal di atas pohon yang tinggi, rumah yang mereka buat biasanya terletak dibagian dahan dengan ketinggian mencapai 15-50 meter.

Suku Korowai membangun rumah di atas pohon bertujuan agar terhindar dari binatang buas dan juga gangguan dari roh jahat, suku ini takut terhadap serangan “laleo” atau iblis yang kejam.

Berdasarkan keyakinan masyarakat Suku Korowai bahwa "Laleo" merupakan makhluk yang berjalan layaknya seperti mayat hidup dan berkeliaran pada malam hari. 

Sebutan laleo juga ditujukan untuk semua orang asing yang tidak termasuk penduduk mereka, bahkan orang-orang Papua lainnya pun bisa disebut dengan julukan laleo. Mereka percaya bahwa, semakin tinggi rumah yang mereka buat maka akan semakin terhindar dari gangguan roh-roh jahat.

Rumah tinggi suku korawai

Mereka juga menganggap bahwa rumah tinggi tersebut merupakan warisan dari leluhur yang harus tetap dilaksanakan, sehingga mereka akan tetap merasa nyaman dan aman meskipun harus bersusah payah memanjat pohon yang tinggi.

Semua bahan yang digunakan untuk pembuatan rumah tinggi ini terbuat dari bahan alami, dan  pembuatannya bisa memakan waktu sekitar tujuh hari. Inilah adat yang masih dipegang dan dilakukan oleh Suku Korowai. 

Sebelum pembuatan dan setelah selesai juga diikuti ritual adat dengan tujuan pengusiran roh roh jahat.

Orang-orang Korowai menempati Kawasan hutan sekitar 150 kilometer dari Laut Arafura. Mereka merupakan pemburu dan pengumpul yang mempunyai keterampilan dalam bertahan hidup.

Inilah Suku Korowai, Suku yang memiliki kehidupan yang seimbang, dimana mereka begitu menjaga hubungan antara sesama manusia dan alam.